Sebagai pasangan dengan hobi kuliner, hampir setiap hari kita berdua pasti mencoba makanan baru. Walaupun kegiatan ini menyenangkan, terkadang terbersit rasa khawatir kita terserang penyakit karena pengolahan makanan yang salah atau kurangnya sanitasi penyedia makanan tersebut. Tidak hanya di tempat-tempat makanan pinggir jalan, bahkan di restoran mewah atau hotel bintang lima, kita juga merasa waswas karena tidak mengetahui secara pasti bagaimana makanan yang kita santap diproses.

Mungkin di antara kita, sudah pernah mengalami sakit atau keadaan yang kurang menyenangkan pada saat berwisata. Dari sakit perut biasa, sampai diare dan muntah hebat karena keracunan makanan atau kurang cocok dengan udara sekitar di tempat wisata, tetapi ternyata ada jauh lebih banyak bahaya yang mengintai pecinta kuliner atau traveling, lho! Tanpa kita sadari, pada saat melakukan perjalanan wisata (yang biasanya juga sekaligus dengan kulinernya), seorang traveler setiap harinya berisiko 19 kali tertular berbagai penyakit seperti misalnya Demam Tifoid dan Hepatitis A. Kedua penyakit ini ditularkan melalui makanan dan minuman, dan penularannya dapat terjadi akibat menkonsumsi makanan kuliner khas daerah, minuman lokal, membersihkan gigi, mencampur es ke dalam minuman, sampai pada saat menggunakan toilet umum. Kalau dipikir-pikir, setiap kali kita melakukan perjalanan, hal-hal tersebut sudah pasti kita lakukan, bukan?

Beberapa waktu lalu, kita berkesempatan mengikuti acara Kenapa Harus Vaksin yang memberikan gambaran penting tentang bahaya penyakit Demam Tifoid dan Hepatitis A ini. Mungkin kita sudah sering mendengar tentang kedua penyakit tersebut, tetapi apakah kita cukup mengenalnya? Sebelum kita masuk ke cara perlindungan diri dari virus penyakit-penyakit ini, ada baiknya kita mengetahui gejala-gejalanya terlebih dahulu.


Demam Tifoid

  • Demam Tifoid seringkali disebut “Tipus”, adalah penyakit pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi.
  • Ditularkan melalui makanan atau air (minuman) yang tercemar kotoran penderita atau pembawa Demam Tifoid.
  • Gejala penyakit ini sulit dibedakan dengan penyakit saluran cerna lain, biasanya orang tua menyebutnya “gejala tipus”. Gejala Demam Tifoid meliputi:
    – Gejala khas yang terjadi adalah suhu tubuh perlahan tinggi setiap harinya (step ladder), terutama menjelang sore dan sulit turun  walau sudah diberikan penurun panas serta adanya bercak merah sehingga dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan.
    – Gejala umum dari penyakit ini adalah demam tinggi, sakit kepala, mual, sakit perut, hilang nafsu makan, sembelit atau diare.
    – Gejala muntah dan tidak mau minum bisa menyebabkan dehidrasi yang berakibat pada penurunan kesadaran dan gejala yang lebih berat.
    – Di akhir minggu ke-dua atau awal minggu ke-tiga, sering kali muncul komplikasi seperti peritonitis dan perdarahan pada saluran cerna, bahkan bisa menjadi perforasi (kebocoran usus) karena bakteri Salmonella Typhi menggerogoti lapisan mukosa usus.
  • Jika tidak ditangani dengan benar, bisa menjadi fatal dan menyebabkan kanker kandung empedu dan pembawa kronis memegang peranan penting sebagai reservoar dalam transmisi Salmonella Typhi.
  • Diperkirakan 26.000.000 orang di seluruh dunia menderita Demam Tifoid setiap tahun dan 215.000 orang meninggal setiap tahun karena Demam Tifoid. Dengan kata lain, satu orang meninggal dunia dalam 2 menit karena Demam Tifoid.
  • Di Indonesia terjadi 500 kasus Demam Tifoid setiap 100.000 penduduk.

Hepatitis A

  • Hepatitis A adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh serangan virus hepatitis A, yang pada umumnya ditularkan secara fecal-oral, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
  • Gejala penyakit hepatitis A adalah demam, lesu, mual, hilang nafsu makan, kuning (kulit dan mata), sakit perut, muntah, tinja dan urin berwarna gelap.
  • Hepatitis A biasanya berlangsung selama 3-6 minggu dan masa penyembuhan secara klinis dan biokimiawi memerlukan waktu selama 6 bulan.
  • Faktor yang paling berpengaruh terhadap keparahan penyakit ini adalah faktor usia; di mana semakin tua umur seseorang, semakin berat gejalanya.
  • Diperkirakan 1,4 juta orang terinfeksi virus Hepatitis A setiap tahun dan bersirkulasi hampir di semua negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Setelah mengetahui gejala-gejala Demam Tifoid dan Hepatitis A, bagaimana kita melindungi diri agar terhindar dari penyakit tersebut? Pada dasarnya, menjaga kebersihan diri sendiri adalah kunci untuk menghindari penularan; misalnya dengan cara mencuci tangan dengan rutin, hindari kebiasaan jajan makanan sembarangan, dan merebus air hingga mendidih. Banyak dari kita berpikir bahwa mencuci tangan adalah hal biasa tetapi sebenarnya penting untuk mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain:

  1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash).
  2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
  3. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu:

  1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
  2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
  3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
  4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
  5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
  6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

 

Selain yakin akan kebersihan diri, kita juga perlu mengantisipasi penularan dari faktor luar, seperti kebersihan makanan yang kita konsumsi, kebersihan toilet yang kita pakai, dan sebagainya. Saat ini, cara pertama dan terbaik untuk melindungi diri dari virus Demam Tifoid dan Hepatitis A, adalah dengan mendapatkan vaksin Hepatitis A dan Demam Tifoid agar tubuh memproduksi zat kekebalan (berupa antibodi) terhadap penyakit.

Vaksinasi Demam Tifoid

  • Dengan satu kali pemberian vaksinasi demam Tifoid memberikan kekebalan setidaknya selama 2 tahun.
  • Vaksin Demam Tifoid bisa diberikan untuk anak usia 2 tahun dan keatas.
  • Dapat diulang 3 tahun sekali, karena penyakit Demam Tifoid bisa berulang.

Vaksinasi Hepatitis A

  • Diberikan untuk anak usia 2 tahun keatas sebanyak dua kali dan dosis kedua diberikan dengan interval 6 hingga 12 bulan setelah dosis pertama.
  • Manfaat vaksinasi Hepatitis A:
    – Memberikan kekebalan jangka panjang (seumur hidup)
    – Tidak ditemukan efek samping yang berat; kalaupun ada biasanya ringan dan akan segera hilang

Pemberian vaksinasi ini bisa dilakukan secara sekaligus karena sekarang sudah ada vaksin kombinasi untuk Demam Tifoid dan Hepatitis A dalam 1 kemasan. Disarankan waktu terbaik untuk mendapatkan vaksinasi ini minimal 2 minggu sebelum perjalanan, dan bisa dilakukan di Rumah Sakit tertentu.

Kita sempat googling juga tentang vaksin kombinasi ini, jadi isinya vaksin kombinasi Vi kapsuler polisakarida dan hepatitis A inaktif, Vaksin kombinasi Vi kapsuler polisakarida dan hepatitis A inaktif (double). Kelebihan vaksin ini lebih praktis dalam pemberian vaksin tifoid dan hepatitis A. Tidak ada perbedaan efektivitas pemberian vaksin secara bersamaan dengan pemberian vaksin tifoid dan hepatitis A secara terpisah. Vaksin dapat mencapai level protektif setelah 2-3 minggu pemberian. Vaksin ini dapat diberikan pada usia 16 tahun ke atas. Vaksin tersedia dalam bentuk dual-chamber syringe (suntikan) siap pakai dengan volume 1 ml, masing-masing 0,5 ml untuk setiap vaksin. Vaksin diberikan secara intramuskular di deltoid dan vaksinasi ulangan diberikan setiap 3 tahun. Untuk lebih jelasnya, coba cek langsung di akun Instagram @kenapaharusvaksin supaya infonya lebih detail.

Jujur saja, setelah mengikuti acara Kenapa Harus Vaksin kemarin itu, kita langsung tertarik untuk mendapatkan vaksinasi Demam Tifoid dan Hepatitis A sebelum perjalanan wisata selanjutnya. Syukurlah, sampai saat ini kita berwisata kuliner atau traveling sampai jauh dan pedalaman juga belum pernah mengalami penyakit yang aneh-aneh, biasanya sekedar sakit perut/diare karena food poisoning atau masuk angin, yang langsung sembuh dengan obat-obatan yang sudah dipersiapkan untuk perjalanan. Tapi karena kita tidak pernah tahu siapa, apa, dan bagaimana medan wisata kita dan bagaimana makanan dipersiapkan, tentu saja vaksinasi ini merupakan suatu hal yang disarankan.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati”, setuju? Mari kita berwisata dengan sehat, kawan!

===

Follow Us in:
EMAIL | FACEBOOK | TWITTER | INSTAGRAM | GOOGLE+

Check our IG story for LIVE UPDATES:
@foodescape_id